Telaga Ngebel, puisi oleh Madagumilang

Telaga Ngebel

Puisi oleh : Madagumilang

aku pindahkan kesepiannya ini di mataku,

kelak kalau airnya menetesi bebatu memecah hati beku,

akan digemakan dalam jiwa sekejap  kegersangan

dengan  desir suara berlari rasa malu

bersembunyi di balik lebatnya harapan

berkilat-kilat mengikuti muka telaga, seperti wajah sendiri

yang menyerap matahari, ketika khilaf pada malamnya

Ponorogo, 2012

Ketika Berhadapan Laut, Puisi oleh Madagumilang

Ketika Berhadapan Laut

 Puisi oleh Madagumilang

 Aku juga ingin termasuk yang sanggup dibayangkan seperti nelayan. Para pencari kebahagiaan yang berani berterus-terang menjaring ikan-ikan kesepian dan membawanya sampai penat meringkuk ketiduran dalam perahu kegelisahan mereka yang terayun-ayun oleng.

 Supaya saat terbangun nanti, bisa dilihat di kedua-mata keraguan itu semua nampak serba nanar. Mereka juga tidak mendengar lagi ada yang berteriak memperingatkan burung-burung camar kebebasan. Karena diinginkan agar menyingkir dari kerancuan antara kebenaran dan kebatilan.

 Lalu kapan diciptakan bayangan badai perjuangan bagai mengamuk dibagian lain kehidupan ini, bersama debur gelombang gejolak darah, entah amarah entah gairah amanah, membanjiri sekujur nadi-nadi hidup yang tak pernah kekal dan menunggu henti.

 Ponorogo, September 2012

 

Dumadine Pitakonan Geguritane Madagumilang

Dumadine Pitakonan

 Geguritane Madagumilang

 Yen dumadine dudu daden-daden. Wektune ya dudu dumadakan. Apa dumadine, dipun du?

Yen pitakonan kaya ngene teruse kok punggel
Dikaya ngapa aja mbundel
Aja diguyu kekel lan apamaneh digawe pegel mangkel
Wong gagasane wis kendel

Ponorogo, 26/08/2012